- Back to Home »
- Kata »
- Kampus Impian
Posted by : Riski RAM
Senin, 24 November 2014
Kampus Impian
Jika
kuliah sama dengan kerja, dan kerja didapat dari kuliah, maka tidak kuliah sama
dengan pengangguran. Begitulah logika matematika dasar menghitung saat siang, ditemani
sengatan matahari memas-manasi mahasiswa untuk tidur. Bukan sembarangan
perhitungan, karena seperti yang telah kuhitung, surveiku mengatakan bahwa
opini mahasiswa yang mengatakan hal tersebut setidaknya mencapai 30%. Mungkin
dariku hanya applause tanpa dukungan buat mereka. Pada dasarnya kuliah
merupakan suatu jenjang pendidikan berlabel “Maha” yang membentuk kader impian,
dengan tingkat intelektual dan kematangan dalam iptak dan iptek. Namun realita
persaingan untuk merebutkan kecilnya lapangan kerja, membuat kebanyakan orang terasa begitu picik dengan menganggap kuliah
merupakan jaminan untuk mendapatkan pekerjaan. Meski dasarnya kampus merupakan
salah satu jembatan yang menghubungkan antara “kamu dan impianmu”. Sehingga
dalam proses ini ada baiknya kita menyadari untuk memaksimalkan diri demi membangun
jembatan kokoh nan indah, agar kelak kita dapat melewatinya tanpa rasa khawatir
jatuh saat menggapai impian.
Kali
ini aku beralih kepada surveiku yang lainnya, yaitu mereka yang tidak
mengatakan kampus tempat untuk mendapatkan kerja, atau sebagai tempat mendapat
S1 ataupun D3, bukan juga yang mengatakan kampus sebagai tempat hura-hura,
apalagi sebagai tempat mendapatkan gadis dan menjadi idola. Kali ini berbeda,
dimana aku bertemu mereka yang sudah yakin jika kampus mampu memberikan
kontribusi selama kita mau “berakit-rakit kehulu, berenang kita ketepian,
bersakit-sakit dahulu, bersenang kita kemudian”. Tidak salah dan luar biasa,
sungguh, bagaimana tidak membuaku berdecak kagum, dengan kata yang diplomatis,
serta bukti IP tertinggi, mereka membuat yakin kalau aku belum membangun jembatan
impianku seindah milik mereka.
Tepat
didepan cermin, kali ini aku mencoba menanyakan hal yang kurasa berbeda dari
kata orang, namun akan begitu sama dengan opiniku, karena kuwawancarai diriku
sendiri. Kutangkap setiap kata yang dituturkan oleh objek dari dalam pantulan
cermin. Ia mulai berbicang mengenai pahitnya perjuangan dalam menempuh proses
pendidikan diperkuliahan, kemudian proses dimana ia harus menyesuaikan diri
terhadap lingkungan baru dan bla la bla. Sehingga pada akhirnya kami pada bab
mengenai harapan terhadap kampus agar dapat menjadi sebuah kampus impian.
Tidak
muluk-muluk, pada dasarnya benar saja mahasiswa berjuang keras belajar pada
tahap perkuliahan demi mendapatkan pekerjaan. Oleh karena itu rasanya sangat
ingin agar dapat menikmati bangku perkuliahan
yang dipenuhi oleh orang-orang yang kompeten dan ahli dibidangnya. Pasti
hal itu akan terlihat dari banyaknya alumni yang telah sukses. Sehingga berbagai
instansi akan melirik kampus sebagai produsennya para ahli yang terampil. Dengan
demikian mahasiswa memiliki peluang lebih besar untuk mendapatkan lapangan
kerja. Apalagi jika berhasil menembus ranah internasional, bukan menghayal
untuk mendapatkan beasiswa ataupun bekerja diluar negeri, jika alumni mampu
unjuk gigi dengan prestasi membanggakan, dan juga menjadi tenaga kerja yang
luar biasa. Mimpiku dan sebagian lainnya untuk menjejaki hal itu.
Namun
untuk membentuk kader yang berkualitas, dibutuhkan beberapa hal agar mampu
menigkatkan mutu pendidikan. Hal pertama dalam mewujudkan kampus impianku
ialah, kampus yang dipenuhi oleh tenaga pengajar yang professional, karena
tidak sedikit mahasiswa yang malas berkuliah dikarenakan oleh ketidakkehadiran
dosen pada proses perkuliahan. Bahkan terkadang ketidakhadiran dosen yang
bersangkutan diinformasikan pada saat mahasiswa telah hadir diruang. Bagiku
sebagai suatu hal yang sangat mendasar jika kedisiplinan dan profesionalitas
harus begitu ditekan.
Disamping
menginginkan kampus hijau dan suasana yang nyaman, seperti kebanyakan keluhan
lainnya, fasilitas yang tidak mendukung. Laboratorium, ruang belajar, serta
sarana yang mendukung proses belajar lainnya. Sehingga akan memaksimalkan
proses belajar, dan juga mengikuti sistem belajar dari Negara yang telah maju
dalam dunia pendidikan. Siapa tau kita bisa mengikuti kemajuan dalam dunia
pendidikan yang kita entah berada dimana posisinya, ujarku. Namun disamping itu
juga tidak menyampingkan nilai keislaman yang kurasa wajib diterapkan sebagai
rujukan.
Unit
Kegiatan Mahasiswa, saya yakin, ini yang membuat kampus terasa begitu ramai
dengan berbagai ilmu yang bukan didalam ruangan, dan pengalaman yang belum
didapat sebelumnya. Dengan berbagai macam jenis Unit Kegiatan Mahasiswa yang
mendukung bakat dan minat, menjadikan mahasiswa lebih aktif dalam
mengekspresikan diri. Unit Kegiatan Mahasiswa yang luar biasa, membuat kampus
impianku benar-benar terwujud. Proses mendapatkan teman sehobi dan membangun
relasi dengan berbagai komunitas. Menjadi suatu wadah yang menampung
kreatifitas anak muda dalam melakukan action demi sebuah karya. Dengan demikian
mahasiswa akan lebih berkembang baik dari segi kreatifitas maupun mental. Bagaimana
tidak, Unit Kegiatan Mahasiswa pastinya menggembleng anggotanya untuk dapat
menjadi kader unggulan, yang mampu menjadi senjata untuk membunuh miskinnya
prestasi.
Sambil
melihat kedalam cermin, sambil menelaah impianku terhadap kampusku. Suatu perwujudan
yan mestinya kuiringi dengan tidak hanya menerima, tapi harus kuselingi dengan memberi,
memberikan prestasi kepada kampusku. Yang sederhana dan kupercaya kini perlahan
menuju kearah penggapaian sebagai kampus impianku.